Rabu, 14 Oktober 2015

Kebudayaan Surabaya (Jawa Timur)


Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia sekaligus menjadi kota metropolitan terbesar di provinsi tersebut. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya juga merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di Jawa Timur serta wilayah Indonesia bagian timur. Kota ini terletak 796 km sebelah timur Jakarta, atau 415 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Surabaya terletak di tepi pantai utara pulau Jawa dan berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa.
Surabaya memiliki luas sekitar 333,063 km² dengan penduduknya berjumlah 2.909.257 jiwa (2015). Daerah metropolitan Surabaya yaitu Gerbangkertosusila yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dilayani oleh Bandar Udara Internasional Juanda, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pelabuhan Ujung.
Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-Pemuda Surabaya) untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura/suro (ikan hiu) dan baya/boyo (buaya) yang akhirnya membentuk nama Surabaya.





SENI DAN BUDAYA


Ludruk
Ludruk merupakan salah satu genre teater di JawaTimur. Ini adalah bentuk kinerja tradisional yang disajikan oleh serombonganaktor (atau komedian) di atas panggung, kembali menceritakan kisah kehidupanseseorang sehari-hari dan perjuangan mereka. Asal-usulnya tidak jelas, namundiyakini awal abad ke-13. Dialog atau monolog di ludruk kebanyakan komedi. Paraaktor hampir selalu menggunakan dialek Surabaya. Sekalipun, ada bintang tamudari daerah lain, seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun yang masing-masingakan menggunakan dialeg Jawa yang berbeda bekerja dalam sutau penampila, secarakeseluruhan, mereka sederhana dan mudah, membuat ludruk mudah dipahami olehsemua orang. Hal ini kadang-kadang diselingi dengan lelucon dan diiringi uaragamelan.





Tari Reog

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.





Tari Sparkling Surabaya

Tari sparkling Surabaya adalah tari kreasi modern, yang muncul di tengah-tengah masyarakat heterogen Surabaya, dan latar belakang seni perkotaan. Gerakan tari Sparkling Surabaya ini membentuk gaya modern sendiri, mengacu pada gerakan tari tradisional jawa timur yang berkembang di metropolis.



Karapan Sapi 

Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.
  


MAKANAN TRADISIONAL/KHAS 

1. Rujak Cingur

 Rujak adalah makanan yang terkenal di banyak tempat di Indonesia. Namun, berbeda dengan rujak-rujak lain yang berisi buah-buahan disiram dengan sambal gula merah, di Surabaya, rujak ada dua macam. Jenis yang biasa kita konsumsi yang berbahan mangga, bengkoang, mentimun dan nanas dengan bumbu gula merah, kacang dan asam dikenal sebagai rujak manis atau rujak buah. Sedangkan, di Surabaya sendiri ada rujak khas yang bernama rujak cingur yang sangat terkenal di Jawa Timur.


 Cingur atau congor adalah kata dalam Bahasa Jawa yang berarti mulut. Yang dimaksud adalah moncong sapi yang direbus dan diiris tipis-tipis dan dijadikan bahan hidangan ini. Selain cingur, rujak ini juga menyertakan irisan buah seperti mentimun, mangga muda, nanas, dan bengkoang ditambahkan dengan sayur- mayur seperti kangkung, kacang panjang, kecambah dan tahu, tempe, serta menjes atau mendoan. Makanan ini disajikan dengan saus dari ulegan bumbu kacang, petis udang dan pisang kluthuk yang dihidangkan dengan lontong dan sangat cocok sebagai menu makan siang



2. Tahu Tek

Makanan khas Surabaya berikutnya adalah tahu tek. Makanan ini berbahan tahu yang dipotong menjadi bebentuk kotak kecil-kecil dan digoreng. Tahu ini disajikan dengan gorengan kentang, kecambah dan ketimun yang dipotong kecil dan panjang seperti acar. Hidangan ini lalu dilumuri dengan saus gelap yang terbuat dari ulegan kacang tanah dengan petis, bawang putih dan cabe. Untuk menambah nikmatnya, hidangan yang biasanya dikonsumsi malam hari ini ini juga ditaburi kerupuk udang dan bawang goreng. Disebut tahu tek karena penjualnya menggunakan gerobak dengan kentongan bambu yang berbunyi tek-tek. 




3. Rawon

Menu masakan khas jawa ini yang berisi sup daging dengan aneka rempah sehingga terlihat kuahnya berwarna hitam pekat, lebih sering di jumpai daging yang di gunakan adalah daging sapi namun terkadang ada juga yang menggunakan daging ayam. agar terasa lebih mantap saat makan nasi rawon, bisa menggunakan perahan air jerik nipis ditambah cabe bagi yang suka pedas.


  

 PAKAIAN ADAT


CAK DAN NING SURABAYA




 Pemilihan Putra dan Putri Daerah di berbagai kota setiap tahun selalu diadakan. Pemilihan ini mengundang berbagai pro dan kontra. Terlepas dari pro dan kontra tersebut kita mencoba untuk menyampaikan (sekaligus menjawab pertanyaan Cak Kandar yll) terutama mengenai busana Cak dan Ning Surabaya.

Cak merupakan sosok pemuda pria Surabaya yang ceplas ceplos sehingga lebih suka mengatakan sesuatu secara spontan dan penuh pertimbangan. Sosok Cak Surabaya adalah sosok pelindung dan memiliki loyalitas yang tinggi. Hal ini dapat kita lihat melalui kemanapun Ning pergi, Cak selalu mendampingi.

Cak Surabaya memiliki busana kebesaran. Baju Kebesaran adalah pakaian khas Surabaya Tempo Doeloe (dulu) dan hingga kini pakaian tersebut masih digunakan dalam acara besar di kediaman walikota, balai kota dan acara - acara formal yang lain.

Setiap baju kebesaran Cak Surabaya memiliki banyak filosofi. Mulai dari Udeng Batik poteh pancot miring warna hitam tiga tingkat hingga terompah. Adapun Penjelasan dari tiap - tiap bagian baju kebesaran adalah sebagai berikut.




a. Udeng Batik poteh pancot miring warna hitam tiga tingkat
Udeng ini memiliki makna bahwa udeng ini merupakan ciri khas dari Jawa Timur, bermotif batik dan memiliki pancot.
b. Jas tutup badan ( beskap )dengan asesoris
Beskap Cak memiliki warna putih gading yang melambangkan kesucian, memiliki 5 kancing berwarna emas yang memiliki makna arek Surabaya selalu menjunjung tinggi rukun islam.

c. Kuku macan
Pada awalnya gantungan di baju Cak adalah rantai jam dengan bendel hiasan akan tetapi karena terlalu berat maka diganti dengan kuku macan. Kuku macan sendiri memiliki makna kekuatan dan ketangkasan yang tak terbatas sehingga Cak menjadi pelindung yang tangguh dan dapat dihandalkan. Kuku Macan biasanya digantungkan pada kancing kedua dari kelima kancing baju beskap

d. Sapu tangan merah
Sapu tangan merah ditempatkan di saku sebelah kiri atas beskap kebesaran. Sapu tangan ini melambangkan cak merupakan sosok yang penuh dengan loyalitas dan setia

e. Jarik  Parikesit, Rawon atau Gringsing Wiron
Jarik merupakan salah satu lambang dari keluwesan Jawa. Selain itu dalam bertindak arek Surabaya diharuskan untuk bisa bekerja seefektif dan seefisien mungkin tapi tetap tidak meninggalkan aturan dan norma yang ada.

 f. Terompah
Terompah merupakan salah satu unsur baju kebesaran Cak Surabaya. Terompah adalah simbol kecerdasan, foundation, tempat berpijak, berpikir, termasuk kemudian simbol segala yang duniawi.


Sedang Ning Surabaya mengenakan sanggul bentuk gelung rambut biasa, pakaiannya menggunakan kebaya dengan selendang atau kerudung yang diberi renda-renda, dibordir dengan  warna muda. Kebaya dan kerudung, warnanya sama. Kain kebaya tidak boleh tembus pandang, sehingga tidak memperlihatkan pakaian dalam. Lalu memakai peniti renteng.
            Bagian bawahnya, busana Ning menggunakan kain sarung batik pesisir, kemiren harus terlihat dengan tumpal yang diletakkan di bagian depan.
            Telinga dihiasi anting-anting panjang, kaki memakai binggel dan tanga memakai  gelang emas. Mata diberi celak, jari-jari diberi pacar (warna).
            Alas kaki berupa selop bertutup depan, runcing dan tinggi minimal 7 sampai 9 centimeter.

 RUMAH ADAT


Rumah Situbondo




Rumah Joglo




Terima kasih sudah membaca gabungan artikel ini.



credits:



Ludruk merupakan salah satu genre teater di JawaTimur. Ini adalah bentuk kinerja tradisional yang disajikan oleh serombonganaktor (atau komedian) di atas panggung, kembali menceritakan kisah kehidupanseseorang sehari-hari dan perjuangan mereka. Asal-usulnya tidak jelas, namundiyakini awal abad ke-13. Dialog atau monolog di ludruk kebanyakan komedi. Paraaktor hampir selalu menggunakan dialek Surabaya. Sekalipun, ada bintang tamudari daerah lain, seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun yang masing-masingakan menggunakan dialeg Jawa yang berbeda bekerja dalam sutau penampila, secarakeseluruhan, mereka sederhana dan mudah, membuat ludruk mudah dipahami olehsemua orang. Hal ini kadang-kadang diselingi dengan lelucon dan diiringi uaragamelan. - See more at: http://juanda-airport.com/detail/wisata/ludruk#sthash.t5fm5XC4.dpuf
Ludruk merupakan salah satu genre teater di JawaTimur. Ini adalah bentuk kinerja tradisional yang disajikan oleh serombonganaktor (atau komedian) di atas panggung, kembali menceritakan kisah kehidupanseseorang sehari-hari dan perjuangan mereka. Asal-usulnya tidak jelas, namundiyakini awal abad ke-13. Dialog atau monolog di ludruk kebanyakan komedi. Paraaktor hampir selalu menggunakan dialek Surabaya. Sekalipun, ada bintang tamudari daerah lain, seperti Jombang, Malang, Madura, Madiun yang masing-masingakan menggunakan dialeg Jawa yang berbeda bekerja dalam sutau penampila, secarakeseluruhan, mereka sederhana dan mudah, membuat ludruk mudah dipahami olehsemua orang. Hal ini kadang-kadang diselingi dengan lelucon dan diiringi uaragamelan. - See more at: http://juanda-airport.com/detail/wisata/ludruk#sthash.t5fm5XC4.dpuf